
NadiNganjuk.com – Sahabat Nadi perlu mengetahui aktifitas pegiat kesenian pecut yang ada di Kabupaten Nganjuk. Pegiat kesenian ini ternyata memiliki komunitas yang bernama Pecut Samandiman Nganjuk.
Penggemar seni biasanya sering menemui sebuah pertunjukan kesenian pecut dalam pertunjukkan Reog Ponorogo ataupun Jaranan.
Nah, kini Romza Pimpinan redaksi (Pimred) NadiNganjuk.com telah menghadirkan pegiat kesenian ini dalam acara ‘Podcast Nadi Media’. Mereka menceritakan banyak hal tentang aktifitas hingga capaian prestasinya.
Pengurus Kesenian Pecut Samandiman Nganjuk, Suparlan memaparkan bahwa komunitas kesenian pecut tersebut berasal atau cabang dari Kediri.
“Kesenian Pecut Samandiman ini berasal dari Kediri, di Nganjuk ini merupakan cabang dari Kediri,” ujar Suparlan dalam tayangan Channel YouTube Nadi Media kelompok NadiNganjuk.com pada Rabu (14/09/2022).
Suparlan mengatakan, teknik dan tarian Pecut Samandiman ini dicetuskan oleh Bopo Hanif di Kota Kediri.
“Ada tehnik tersendiri dari komunitas kesenian Pecut Samandiman untuk dijadikan identitas kita,” kata dia.
Dia menjelaskan bahwa Pecut Samandiman juga memiliki teknik tersendiri untuk melatih para anggota-nya di tiap daerah. Pecut Samandiman Nganjuk mulai populer sejak tahun 2017 dan eksis hingga sekarang.
Sekilas tentang Pecut Samandiman
Suparlan menerangkan, bahwa nama Pecut Samandiman diambil dari sebuah legenda tentang terbentuknya Reog Ponorogo.
Alkisah, Prabu Klonosewandono ini ingin melamar seorang putri dari Kerajaan Kediri, Dewi Songgolangit. Namun ketika membawa seserahan lamarannya, mereka dirampok oleh Prabu Singobarong.
Konon pertarungannya terjadi di kawasan wilayah Gunung Wilis, Bajulan, Kabupaten Nganjuk. Ketika itu, seorang Patih Pujongganong kalah oleh Prabu Singobarong.
Kemudian, Prabu Klonosewandono datang ke Kediri untuk meminjam sebuah pusaka itu untuk mengalahkan Prabu Singobarong. Nama pusaka tersebut bernama Kiai Pecut Samandiman.
“Pusaka Pecut Samandiman milik Prabu Klonosewandono ini untuk mengalahkan Prabu Singobarong, untuk mendapatkan Dewi Songgolangit, (seorang) Putri Kediri,” ungkapnya.
Eksistensi Pegiat Pecut Samandiman di Nganjuk
Suparlan bersama Riski menerangkan, bahwa komunitas ini melihat perkembangan kesenian pecut yang diklaim monoton.
“Akhirnya, dibentuk-lah komunitas pecut Samandiman Nganjuk ini, agar pecut ini lebih bisa dinikmati oleh masyarakat,” kata Riski.
Sehingga komunitas pegiat Pecut Samandiman ini menggabungkan nilai seni. Ia juga menerangkan bahwa di Nganjuk ini memiliki gerakan tari khas tersendiri. “Ada seni tarianya, kostum, make up, ada teknik nya yang dipelajari,” ungkapnya.
Kini keberadaan kesenian pecut ini telah diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Yakni terlihat dari jumlah anggotanya yang kini kian bertambah, mulai dari 15 pada Tahun 2017 kini bertambah menjadi 55 orang.
Raih berbagai Prestasi
Komunitas Pecut Samandiman Nganjuk kini sering meraih prestasi dalam tiap kejuaraan. Suparlan menyebut, sudah tiga kali ini meraih prestasi kejuaraan pecut. Komunitas ini sering tampil pada berbagai kegiatan di luar daerah.
Prestasi pertama, meraih Juara 1 kategori putra di Kabupaten Kediri pada Tahun 2017. Kedua, Juara 3 kategori putra di GOR Sanjaya pada Tahun 2018. Ketiga, Juara 1 dan 4 kategori putri di Goa Selomangleng Kediri pada Tahun 2022.
“Sudah ke tiga kalinya, (kemarin) yang terakhir pada bulan Juli 2022 lalu,” ucapnya.
Dengan adanya kegiatan seni pecut di daerah Nganjuk, ia mengatakan, bisa menjadi sarana belajar bagi kalangan anak muda. Ia menerangkan, anak muda yang cenderung nakal bisa menjadi baik dan memiliki prestasi dan melestarikan kesenian.
“Kami juga mempunyai sanggar pelatihan untuk berkumpul dan berlatih,” katanya.
Lokasi sanggar tersebut berada di Jalan Lurah Surodarmo 1 Nomor 14, Kelurahan Bogo, Kecamatan/Kabupaten Nganjuk. “Silahkan untuk temen-temen yang mau mengunjungi atau bahkan mau belajar monggo, siapa saja, setiap hari minggu sore,” lanjutnya.
“Di situ (anak-anak) diajarkan gratis tanpa biaya,” pungkasnya. (aji/and/az)
Leave a Reply