Nilai Luhur NU Selalu Up to Date Sepanjang Masa

Foto: Istimewa

Oleh: HM Basori M Si

Ketua Serikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) NU  Kabupaten Nganjuk

Para masyayikh memberikan teladan cara menjadi bagian dari Nahdlatul Ulama (NU) dengan baik dan disukai oleh masyarakat. Tradisi tersebut terjadi saat NU berada di luar kekuasaan. Kesederhanaan, kebersamaan dan nilai juang sangat luar biasa sehingga masyarakat merasa nyaman, senang dan cinta pada NU.

Kader-kader NU saat itu juga tidak kalah semangat dan kesederhanaannya. Di mana persaudaraan antar kader, kebersamaan antar kader, saling membantu antar kader merupakan cerminan yang mengokohkan NU baik dari segi jamaah (anggota) maupun jam’iyyah (organisasi).

Kita semua yang pernah menemui masa itu selalu memiliki keyakinan dan komitmen diri bahwa ber-NU yang dingin, ikhlas, semua dijalani karena ingin mendapat ridla Allah dan derek (ikut) kiai sebagai kekuatan utama dalam setiap diri kader. Ber-NU ingin mendapat barokah sebagai bagian terpenting dalam berkhidmat di sektor apapun.

Pertanyaannya sekarang kemana nilai luhur tersebut? Kenapa tampaknya mulai punah?  Kemakmuran NU dalam dinamika politik global menggerus nilai luhur yang telah dibangun oleh para masyayikh karena para pemimpin NU sekarang sudah terlibat aktif dalam hiruk pikuk politik dan kekuasaan. Apalagi para politisi dan kader NU banyak yang merasa bukan sebagai kader NU sejati namun menggunakan NU untuk meraih keuntungan pribadi.

Pertanyaan selanjutnya, benarkah jika kita sekarang tidak perlu memperjuangkan NU karena NU sekarang sudah besar? NU sebagai warisan ulama yang bertujuan untuk menata kehidupan berbangsa yang santun dan mengedepankan rasa kemanusia, keadilan dan Islam yang Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) patut kita perjuangkan secara terus menerus. Karena dinamisnya kehidupan masyarakat telah membawa NU pada posisi yang jauh dari kehidupan masyarakat.

Kita aktif di NU menjaga nilai luhur tuntunan para masyayikh  yang ada untuk kemurnian beragama dan kemakmuran dalam kehidupan. Jika merasa tidak perlu memperjuangkan NU tapi pelan-pelan membawa NU dalam dinamika  politik kekuasaan yang seolah-olah NU berjuang melalui kekuasaan, maka sudah dipastikan pelan tapi pasti NU akan ditinggalkan oleh masyarakat.

Masyarakat sekarang sudah tidak bisa membedakan antara NU yang dingin dan menentramkan dengan NU yang sekarang menjadi afiliasi sebuah partai politik kekuasaan. Ini yang harus kita coba untuk mengembalikan pada jalur yang tepat agar NU tetap eksis sesuai cita-cita pendirinya.

Waktu terus berjalan dengan cepat, bahkan teknologi informasi yang canggih sebuah realitas kehidupan yang harus kita terima dan kita jalani. Ber-NU di era modern harus memiliki kreativitas diri, kemandirian diri dan kearifan diri.

Namun nilai luhur NU yang dibangun oleh masyayikh selalu up to date sepanjang masa. Teknologi akan menjadi media untuk mempermudah umat manusia guna memenuhi kehidupannya. Nilai luhur masyayikh yang terformat dalam Mabadik Khoira Umah tetap menjadi pedoman hidup NU sepanjang zaman.

Maka jangan merasa paling NU ketika menjadi pengurus, namun pahamilah bahwa sebagai pengurus memiliki kewajiban menjaga kemurnian nilai NU demi kemaslahatan umat. NU dirindukan masyarakat karena keteladanan dan kedamaiannya, itu yang harus tetap dijaga dan dilestarikan.

Masyarakat yang semakin cerdas pelan-pelan bisa memahami perilaku organisasi para pengurus NU, namun tetap meyakini bahwa NU sebagai satu-satunya organisasi yang bisa dijadikan sebagai teladan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berbagai label yang dibuat oleh para pimpinan di atas, baik Islam Nusantara, Pendidikan Kader Penggerak (PKP) NU, Madrasah Kader (MK) NU itu hanya sebatas Ikhtiar lahir yang tidak sedahsyat qonun asasi NU rumusan para masyayikh pendiri NU.

Masyarakat NU tulen meski diam justru merasa prihatin dengan penambahan lebel-lebel tersebut karena menjauhkan nilai perjuangan NU. Jadi jangan merasa inovasi para pengurus besar dengan inovasi dan kreasi tersebut benar seratus persen dan diterima oleh semuanya.

Ternyata tidak, banyak sesepuh kita yang diam dan berzikir atas semua yang dilakukan oleh para pengurus sekarang, dan itulah hebatnya warga NU. Karena mereka yakin bahwa Allah akan selalu menjaga NU sampai kapan karena rumusan didirikannya semua dari Allah SWT.

Maka tetaplah cinta NU dengan caramu sendiri karena Ber-NU selalu membuat hidup kita tetap indah. Di mana kedamaian kejujuran dan keindahan selalu ada dalam kondisi apapun. Perilaku kader NU yang selalu memegang nilai luhur NU akan membesarkan NU dengan sendirinya walau tanpa harus ikut PKP atau sejenisnya.

NU rahmatan lil alamin menembus batas dan pembatas yang sengaja dibentuk oleh pengurus. Hal itu dapat kita lihat tanpa sosialisasi pengurus NU nilai dan tradisi NU dilakukan oleh semua lembaga negara, struktur sosial bahkan orang yang bukan NU sekalipun, disinilah hebatnya NU.

Bagaimana dengan NU yang ingin mendunia? Para masyayikh pendiri NU adalah para auliya dan kekasih Allah. Maka jika nilai luhur NU akan dijadikan tradisi ke negara lain, maka tidak jadi masalah selama tetap meletakkan dasar-dasar Islam yang sesuai dengan Al Qur’an-Hadits dan sumber dasar agama Islam  yang dijadikan sebagai Manhaj berfikir bagi NU. 

Memang ada sebagian warga NU tulen pemegang teguh nilai NU murni yang merasa bahwa kemasan NU sekarang dengan istilah-istilah baru mereka tidak tertarik karena NU akan semakin sekuler dari sisi gerakan maupun dari sisi Aqidah.

Kita semua sepakat NU yang rahmatan lil alamin harus kita jaga bersama, dengan mengamalkan nilai luhur yang ada sehingga Islam yang damai dan sejuk akan selalu eksis di negeri ini.

WhatsApp99